Hubungan
Antara Manusia, Alam Semesta dan Tuhan
Tiga pihak yaitu, manusia, alam semesta dan Tuhan adalah tiga
pihak yang selalu berhubungan secara terus menerus. Aku ini adalah manusia
ciptaan Tuhan. Hidup di alam semesta ciptaan Tuhan pula. Dan Tuhan menguasai
dan mengetahui apapun atas ciptaanNya. Kehidupan yang kujalani adalah melewati
jalan waktu kehidupan dunia untuk menuju Tuhan. Perjalanan ini melalui beberapa
pintu. Pintu pertama adalah ketika melewati jalan keluar bayi dari rahim
seorang ibu. Semenjak itu maka kita disebut sebagai hidup di dunia. Pintu kedua
adalah ketika kita melewati pintu kematian dunia. Pintu liang kubur. Pintu itu
akan memberi jalan kepada kita untuk masuk ke alam selanjutnya. Alam kubur
(barang kali?). setelah itu aku tak tahu alam apa lagi yang akan aku lewati.
Yang pasti suatu saat nanti kita akan dikumpulkan di tanah super lapang. Padang
mahsyar adalah sebutan yang biasanya digunakan untuk menjelaskan tanah lapang
itu. Setelah itu melewati lagi pintu untuk menuju kehidupan hakiki di neraka
atau di sorga.
2.1 Manusia
Manusia
adalah tujuan akhir penciptaan Tuhan (saya memaknai Tuhan sebagai energi
keberadaan yang abadi dan tak terbatas, Logos). Karena apa? Dalam diri
manusialah, Tuhan bisa menyadari diriNya sendiri.Ia bisa bercermin dalam hati
manusia. Ia bisa menyaksikan ribuan sifatNya dalam pribadi manusia. Dalam
bahasa Kristiani, Tuhan menciptakan manusia sesuai dengan citranya. Jika
diijinkan, Tuhan adalah seorang narsis sejati yang sangat mencintai diriNya
sendiri, cemburu pada diriNya sendiri sehingga Ia menciptakan imaji tentang
keindahan saban malam, merindukan kekasihNya yang bernama manusia yang
konsepnya telah ada dalam diriNya. Dan adakah yang lebih serupa ketimbang
keserupaan pencinta dan kekasihnya?
Sebelum
memulai penciptaan, tujuan akhir telah dibayangkan terlebih dulu olehNya.Ia menciptakan
konsep manusia sejati, insan kamil, übermensch. Pada diri manusia yang telah
mencapai puncak kesadaran itulah Tuhan mampu melihat wajahNya secara
total.Namun sebelum mencapai bentuk fisik, pikiran, dan kesadaran manusia,
berturut-turut kehidupan mengalami fase demi fase untuk menyempurnakan
evolusinya.Dan itu membutuhkan waktu berjuta-juta tahun, dalam hitungan waktu
fisikal pikiran. Dalam proses evolusi ini, ilmu pengetahuan modern telah
menjelaskan dengan cukup baik meski masih ada unsur spekulatif di dalamnya. Dan
sebelumnya, hukum evolusi ini telah dipahami dengan baik oleh para mistikus
zaman dahulu dengan penyaksian langsung, knowledge by presence. Cermatilah
kesaksianJalaluddin Rumi setelah menyaksikan proses evolusi spiritualnya dalam
alam meditasinya berikut ini:
Dulunya
aku adalah mineral, lalu berkembang menjadi tumbuhan.Mati dari mineral aku lalu
muncul sebagai binatang.Mati dari binatang aku lalu menjadi manusia. Lalu
mengapa mesti takut kalau kematian akan
merendahkanku? Kehidupan berikutnya akan menjadikanku sebagai seorang malaikat.
Lalu akan berubah lagi dalam sesuatu yang tak terkatakan. Dan segala sesuatu
seakan bersaksi: kepadaNya kita akan kembali.
Dalam
kesaksiannya itu, Rumi menuturkan pada kita bahwa dalam tubuh manusia sesungguhnya
tersimpan jejak-jejak perjalanan kehidupan dari tingkatan materi rendah, di
mana kesadaran Tuhan masih “terlelap” di sana, hingga tingkatan tumbuhan, dan
hewan. Ada unsur mineral dan tumbuhan dalam tubuh manusia.Ada tersisa
instink-instink hewani dalam karakter manusia.Dan sesungguhnya malaikat adalah
manusia yang telah mengalami penyucian jiwa sampai pada taraf tertentu sehingga
setelah mati, manusia suci itu masuk ke dalam alam astral, alam cahaya, alam
dewa-dewi atau alam malaikat.Bisa pula manusia itu dikatakan masuk ke dalam
dimensi shambala atau sorga. Namun malaikat masih belum sepenuhnya melebur
dengan Tuhan sehingga ia musti lahir kembali ke dunia satu atau beberapa kali
sampai mengalami penyatuan dengan semesta.
Demikianlah
makna yang terkandung dari kalimat Innaalillahi wa innaa ilaihi raajiuun
(sesungguhnya kita berasal dari Allah dan akan kembali pada Allah). Kalimat itu
adalah dalil reinkarnasi dan evolusi yang paling banyak diucapkan oleh orang,
namun jarang yang memahaminya secara holistik. Manusia tidak kembali pada sorga
atau neraka, namun mereka akan kembali lagi pada dekap hangat Tuhan betapapun
lama dan melelahkannya proses itu. Untuk itu, sebelum sampai pada buaian Tuhan,
manusia harus mengalami proses evolusi lewat reinkarnasi berulang-ulang sampai
jiwanya menyatu dengan semesta, sampai mind yang membuat dia terikat dengan
hukum karma terlampaui.
Makhluk
hidup yang pertama kali mampu menyadari dirinya dan sesuatu di luar dirinya
secara spiritual adalah manusia yang struktur otak dan tubuhnya memungkinkannya
untuk berpikir reflektif. Mampu menyadari antara aku, kau, dan dia. Beberapa
saintis yang menyatakan, manusia sadar pertama itu adalah homo sapiens. Jika
al-Quran menyatakan manusia pertama itu adalah Adam, sudah barang tentu Adam
itu adalah homo sapiens seperti yang dimaksudkan oleh ilmuwan. Karena
penyebaran hidup ini begitu luas dan beragam di seluruh wilayah bumi, tentunya
Adam, homo sapiens itu tidak hanya satu.
Hal itu dibuktikan dengan beberapa penemuan fosil manusia kuno di beberapa
belahan dunia termasuk di Indonesia.Jadi, ada Adam di Arab, di Afrika, Cina,
Australia, juga tidak ketinggalan di Nusantara.Dan setiap suku bangsa agama dan
kepercayaan yang beragam mempunyai konsep sendiri-sendiri dalam bentuk cerita
mitis tentang manusia pertama sebagai nenek moyangnya.Sebagai contoh, orang
India menyebut nenek moyangnya sebagai Manu.Hal itu juga didukung dengan fakta
bahwa warna kulit dan bentuk tubuh manusia di beberapa tempat berbeda-beda.
Meskipun, mungkin pertumbuhan kesadaran kemanusiaan di satu tempat lebih tinggi
dibandingkan dengan tempat lain, sehingga peradaban di daerah tertentu lebih
tua dan menyimpan energi yang lebih besar dibandingkan dengan tempat lain.
sebagai contoh adalah peradaban India dan Persia yang sudah sangat lamanya itu.
Jadi menurut saya, Adam sebagai nama tokoh historis adalah manusia pertama di
dunia Arab yang telah mencapai kesadaran kemanusiaan. Namun, Adam sebagai
konsep banyak jumlahnya.
2.2 Kejadian
Adam dalam Kitab Suci
Konsep
penciptaan Adam dalam al-Quran sebenarnya adalah cerita metaforis bergaya mitis
untuk menjelaskan proses kemanusiaan secara universal. Jika cerita itu diterima
sebagai fakta apa adanya tentunya akan menimbulkan banyak pertanyaan dan tidak
reasonable. Sebenarnya kita semua adalah Adam.Tinggalnya Adam di surga saya
maknai sebagai sebuah momen ketika manusia belum mengalami kesadaran diri,
belum mengalami alam dualitas yang tercipta oleh mindnya.Ia masih menyatu
dengan keberadaan. Ia belum bisa membedakan: baik dan buruk, cantik dan jelek,
hitam dan putih. Jadi ia belum sadar. Ia belum bebas. Baik bebas untuk
bertindak baik maupun bebas berbuat jahat.Surga adalah kondisi ketika pikiran
belum beroperasi dalam diri manusia.Manusia masih lelap dalam kedamaian
purbanya. Kondisi adam ketika masih berada di surga saya ibaratkan sebagai
seorang anak bayi hingga masa balitanya yang belum mengenal konsep baik dan
buruk. Anak kecil yang masih suka berkejar-kejaran di lapangan menikmati
jiwanya yang masih belum terkutuk oleh kebebasan ketika ia mengalami masa
berpikir.
Buah
khuldi, atau dalam Bibel disebut sebagai buah pohon larangan saya maknai
sebagai munculnya kesadaran dalam diri
manusia. Ia sudah bisa membedakan realitas karena pikiran beroperasi dalam
dirinya. Bisa pula dikatakan Adam tergoda oleh pohon pengetahuan, karena
pikiran, atau pengetahuanlah yang membuat orang mulai teralienasi dari kesatuan. Ia tercampak dari surga
kesatuan, surga tauhid. Dalam bahasa Albert Camus, seorang eksistensialis
keturunan Aljazair yang hidup di Perancis menyatakan: manusia dikutuk untuk
bebas. Namun dengan kebebasan itu pulalah manusia bisa menyusun sejarah dan
peradabannya di antara tegangan kebaikan dan kejahatan.
Iblis,
ular, atau Hawa yang menggoda Adam saya maknai sebagai ego dalam diri manusia
yang tersusun atas materi api. Karena ego, manusia terhempas dalam
kehinaan.Namun, karena ego juga, sejarah manusia tercipta.Jadi semuanya ada
gunanya.Hawa yang oleh banyak ulama dan teolog diartikan sebagai seorang wanita
manja yang menggoda Adam hingga tergoda untuk makan buah laranngan itu,
sebenarnya adalah hawa nafsu manusia. Karena dalam ayat lain dalam al-Quran,
Tuhan memakai kata Hawa yang bermakna sebagai hawa napsu. Seperti kalimat:
Wanahannafsu anil hawa (dan yang mampu menahan dirinya dari hawa napsu).
Sangat tidak adil jika wanita yang
dijadikan kambing hitam, sebagai makhluk penggoda yang membangkitkan napsu sang
Adam. Adam bisa saja lelaki, bisa wanita atau bahkan bisa pula banci.Bisa
heteroseksual, homoseksual atau lesbian. Dalam al-Quran juga disebutkan: Tuhan
mengajarkan nama-nama pada Adam. Nama-nama adalah kesadaran manusia untuk
mengenali dunia semesta yang beragam sehingga muncullah ilmu pengetahuan yang
beragam.
Namun
saya tidak menolak konsep Adam sebagai tokoh historis, sebagai “manusia
pertama”, homo sapiens pertama di wilayah Arab yang memiliki kesadaran
kemanusiaan. Yang darinya kemudian melahirkan banyak keturunan, termasuk bangsa
Israel dan 25 nabi bagi bangsa Arab.
2.3 Evolusi
Manusia, Evolusi Peradaban
Annie
Besant, seorang Teosof, seperti yang
dikutip dalam buku Reincarnation and Islam, karya Nadeer Baig Mezra,
berkomentar dalam buku Introduction to Yoga: “Anda adalah pria dan wanita yang
teruji, Anda telah menapaki tangga yang begitu panjang, yang memisahkan wujud
Ketuhanan dalam dirimu dengan wujudNya dalam tanah liat…. Tuhan yang
bermanifestasi masih “terlelap” dalam kehidupan mineral dan bebatuan. Kesadaran
Tuhan menjadi lebih berkembang dalam
tumbuhan dan binatang sampai pada tahap akhir sebagai manusia. Tuhan telah mencapai
apa yang tampak sebagai pencapaian akhir dalam wujudnya sebagai manusia
pertama… tapi setelah berproses sedemikian lama dan tak terkira, akankah Anda
tidak berproses lebih baik lagi?”
Pernyataan
Besant adalah serupa dengan komentar para mistik di seluruh dunia yang memahami
dan menyadari proses evolusi dirinya dalam penyaksian langsung melalui alam
meditasi. Bahwa mula-mula Tuhan memanifestasikan diriNya dalam alam mineral
berupa air, gas, dan materi-materi etherik.Lalu setelah alam mineral mengalami evolusi
selama berjuta-juta tahun, kehidupan Ilahi memanifestasikan diri dalam bentuk
tumbuhan, kemudian hewan, kemudian mencapai puncaknya ketika kehidupan dan
kesadaran Ilahi memanifesasikan diri sebagai manusia.Meskipun manusia, usianya
lebih muda dari ketiga bentuk kehidupan sebelumnya, namun manusialah yang
menjadi penguasanya.Itulah makna ayat dalam al-Quran bahwasanya manusia
ditahbiskan Tuhan sebagai khalifah, pemimpin, penguasa yang harus melestarikan
kehidupan di muka bumi.
Dengan
menjadi khalifah, dengan kesadarannya, manusia bisa bermain untuk
mengaktualisasikan segala obsesi dan keinginannya untuk merangkai sejarah. Dan
semua manusia punya hak yang sama untuk berperan dan menjadi masyhur dalam
sandiwara besar yang dirancang sejak zaman asali itu. Tuhan punya kuasa, namun kuasanya
itu dititipkan olehNya dalam kesadaran manusia. Permainan manusia itu yang akan
menciptakan banyak peradaban, yang timbul tenggelam seperti gelombang pikiran
manusia. Namun dalam permainan ini, manusia harus sadar akan jati dirinya yang
tak terpisah dengan Tuhan, yang tak terpisah dengan makhluk lain di mayapada
ini.
Malaikat
yang tinggal di shambala iri kepada manusia dan berhasrat untuk turun ke dunia
untuk bermain dalam geliat nafsu, meregang di antara kebaikan dan kejahatan
yang menjadi keniscayaan kehidupan.Itulah paradoksnya, manusia berproses untuk
mencapai alam malaikat hingga alam Ilahi, namun malaikat sendiri tak sabar
menanti gilirannya untuk turun ke dunia yang penuh napsu ini. Seorang manusia
yang mengalami pensucian jiwa setelah kematiannya akan tinggal di alam astral yang penuh
kesenangan dan kemabokan untuk beberapa lamanya guna menikmati
perbuatan-perbuatannya selama di dunia. Namun mereka tak punya tubuh
sebagaimana manusia untuk menyempurnakan evolusinya guna bersatu dengan Tuhan yang
tidak tinggal di mana-mana namun meliputi semuanya.Jadi, betapa mahalnya harga
sebuah tubuh yang kita gunakan ini hari.Untuk memperoleh tubuh seperti yang
saya pakai hari ini, saya butuh waktu berjuta-juta tahun lamanya. Lalu, mengapa
kita tidak mempergunakan ini tubuh untuk bermain sebaik-baiknya di dunia
sekaligus akan menyempurnakan evolusi kita?
Evolusi
manusia yang bergerak menuju
penyempurnaannya tak bisa tidak diikuti dengan evolusi peradaban sebagai
sesuatu yang tercipta oleh tangan-tangan manusia. Dan kesadaran Tuhan selalu
membimbing perjalanan peradaban ini melalui para nabi, atau avatara, yang
menjadi wakilNya di dunia untuk mengarahkan perjalanan sejarah ini agar selaras
dengan dharma (kebenaran universal). Para nabi menjaga kitab kehidupan agar tak
cedera oleh gairah napsu manusia yang cenderung terpancar keluar, terpisah jauh
dari pusat jati dirinya yang hening dan sunyata: Tuhan. Para tokoh inilah yang
mengarahkan proses evolusi kehidupan biar bumi selalu layak untuk dihuni oleh
sekalian makhluk yang hidup di dalamnya.
Kadang,
dalam proses perjalanan dunia, muncul ketidakseimbangan yang terjadi di atas
bumi. Seperti contoh, dalam kisah Ramayana, dunia masih banyak dihuni oleh
makhluk-makhluk yang evolusi fisik dan kesadarannya masih kasar,
makhluk-makhluk yang bisa mengancam keberadaan ras manusia.Makhluk itu dikenal
sebagai sebagai kaum raksasa dan wanara.Raksasa
adalah makhluk yang evolusi fisiknya melebihi ukuran manusia, sifat
alamnya sangat liar dan berkecenderungan hanibal. Wanara adalah kera yang
berada dalam proses perjalanan menuju bentuk dan kesadaran manusia. Kedua
makhluk itu sangat rendah kesadarannya, yang pada saat itu jumlah keduanya
menyaingi keberadaan ras manusia. Lalu oleh kehidupan, diskenariokanlah sebuah
perang yang akan mengurangi jumlah kedua
makhluk itu. Antara Sri Rama dan Hanuman yang berprajuritkan wanara dan Rahwana
yang berprajuritkan raksasa.Ras manusia sengaja tidak diikutkan dalam perang besar
itu, agar tidak ikut musnah habitatnya.Dan agar jiwa-jiwa para wanara dan
raksasa itu dalam kelahiran berikutnya bisa memakai raga manusia.Dan dunia
layak dihuni kembali.
Cerita
tentang raksasa ini dalam beberapa peradaban bisa ditemui.Seperti cerita
raksasa Dewata Cengkar yang berperang dengan Aji saka dalam cerita pembukaan
tanah Jawa.Atau raksasa Raja Baka yang berperang melawan Bandung
Bondowoso.Dalam al-Quran, ada yang menengarai kaum raksasa ini adalah kaum ‘Ad
yang bertubuh besar dan mampu membangun rumahnya pada dinding-dinding gunung,
dan bukit sebelum dimusnahkan keberadaanya oleh Allah.Di Bibel pun sempat
disebutkan tentang keberadaan makhluk itu.
Dalam
kisah Mahabharata, dunia dipenuhi oleh para saintis sakti, yang tergabung dalam
polaritas kelompok Pandawa dan Kurawa.Dunia menjadi terancam dengan perlombaan
bersenjata. Lalu oleh Sri Krishna, dirancanglah sebuah perang besar antara dua
kekuatan besar itu di medan Kuruksetra untuk mengurangi jumlah ksatria yang
melebihi batas itu. Dan tak lebih dari dua minggu, perang itu selesai, dan
prosers evolusi kehidupan bisa berjalan lagi dengan tenang. Sehingga dunia
kembali aman, dihuni oleh orang-orang yang mulai memperhatikan kekayaan batin
yang ada dalam dirinya masing-masing.
Demikian pula hikmah yang
terkandung dalam kisah Nuh yang membawa serta banyak hewan, masing-masing
sepasang dalam bahteranya, sebelum banjir besar menenggelamkan semuanya.Nuh
ingin melestarikan makhluk-makhluk lain di muka bumi agar tidak musnah
keberadaannya.Agar wajah dunia tetap
indah dengan penghuni yang beraneka. Bisa dikatakan, Nuh adalah seorang ekolog,
pencinta alam yang memiliki wawasan tentang proses evolusi.
2.4 Alam Semesta
Alam semesta adalah segala ciptaan Tuhan selain diriku
sendiri. Meskipun tidak selalu seperti itu. Terkadang alam semesta ini juga mencakup
diriku sendiri. Penyebutan alam semesta ini sengaja kupakai untuk media
komunikasiku dengan Tuhan. Jadi, ketika aku meminta sesuatu itu langsung kepada
Tuhan dan kemudian Tuhan menjawab melalui alam semesta ini. Oleh karena itu aku
dituntut untuk bisa membaca alam semesta ini dengan baik. Dan sejatinya aku
berusaha untuk memahami alam semesta ini dengan baik. Karena gaya bahasa Tuhan
itu kelewat halusnya kepada kita, manusia ciptaanNya.
Salah satu contoh gaya bahasa Tuhan yang sering sekali dipakai
ketika berkomunikasi denganku adalah dengan mengirim seseorang untuk meminta
sebagian harta rizki dari Tuhan. Di situ biasanya aku akan diliputi kebimbangan
yang sangat. Jika aku memberikan maka aku bisa tidak operasional untuk beberapa
minggu ke depan. Itu kekhawatiranku. Ketika aku memastikan bahwa memang ini
Tuhan yang suruh, maka aku biasanya segera memenuhi permintaan Tuhan yang
melalui manusia itu. Dan selang tak begitu lama, Tuhan menggantikan apa yang
telah aku berikan kepada manusia itu dengan ganti yang lebih banyak dan lebih
baik. Aku berkeyakinan, jika kita diminta harta kita dengan sukarela oleh Tuhan
tetapi kita ndableg (keras
kepala)bersikukuh tidak mau memberikan, maka Tuhan mempunyai cara lain untuk
memintanya. Yaitu dengan cara paksa. Manusia diberi penyakit gatal. Ada juga
yang diberikan penyakit stroke. Penyakit jantung. Penyakit diabetes. Penyakit
kolesterol tinggi. Tekanan darah tinggi. Yang pada intinya memaksa kita untuk
mengeluarkan sebagian harta yang telah diberikan Tuhan. Pokoknya dipaksa untuk
mengeluarkan harta. Nah, daripada dipaksa begitu bukankah lebih baik kalau kita
serahkan dengan cara sukarela dan terhormat di mata manusia dan Tuhan pastinya.
Jadi,
ternyata Tuhan itu selalu menjawab setiap doa dan permohonan kita melalui alam
semesta ini. Hanya saja aku berpesan kepada anda yang membaca tulisan ini,
janganlah anda berdoa meminta kesabaran. Karena doa minta kesabaran itu artinya
Tuhan akan segera kirim cobaan hidup yang sangat berat. Selanjutnya kita harus
selalu bersabar atas cobaan itu. Nah, ketika kesabaran itu muncul dalam diri
kita, berarti Tuhan telah mengabulkan doa kita yang selalu mohon kesabaran.
Jikalau ingin berdoa dan berdialog dengan Tuhan maka sebaiknya katakan dengan
jelas dan detail apa kemauan dan keinginan kita. Kita perlu uang, maka mintalah
uang. Kita perlu sehat, maka mintalah sehat. Kita perlu cerdas, maka mintalah
kecerdasan. Itu saja. Tak usah berbelit‐belit.
Lhah Tuhan itu sebenarnya sudah tahu kita mau ngomong apa. Tuhan juga tahu
segala apa yang ada di hati, fikiran dan lisan kita. Maha Suci Allah.
Ketika
Tuhan berkehendak Kun! (jadilah!) maka
kehendaknya itu fayakun.. yang artinya tengah berproses dan akan
teraktualisaisi sesuai dengan rencana keabadian (plan of logos) yang terkandung
dalam kehendak itu sendiri. Dan hal itu membutuhkan waktu yang sangat panjang
dan mengasyikkan.
2.5 Tuhan
Allah
SWT adalah satu-satunya Tuhan yang pantas disembah karena Allah ialah Rabb
semesta alam. Ialah zat yang Maha Kuasa atas segala sesuatu yang ada di seluruh
jagat ini. Allahlah yang Maha Pencipta yang telah menciptakan alam dan
seisinya termasuk kita manusia.
1. Allah SWT telah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 29 yang berarti, “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” Dalam ayat tersebut jelaslah bahwa Allah yang telah menciptakan bumi dan juga ketujuh langit di alam ini. Begitu juga dengan manusia sebagai ciptaan Allah.
2. Bahkan dalam surat Al-Mukminun ayat 12-14 dengan jelas Allah SWT menjabarkan bagaimana Ia menciptakan manusia. “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.”
1. Allah SWT telah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 29 yang berarti, “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” Dalam ayat tersebut jelaslah bahwa Allah yang telah menciptakan bumi dan juga ketujuh langit di alam ini. Begitu juga dengan manusia sebagai ciptaan Allah.
2. Bahkan dalam surat Al-Mukminun ayat 12-14 dengan jelas Allah SWT menjabarkan bagaimana Ia menciptakan manusia. “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.”
Dalam
ayat tersebut dengan jelas Allah SWT menjabarkan proses penciptaan manusia.
Padahal para ilmuwan biologi kafir baru mengetahui proses pembentukan manusia
itu pada abad ke-15 M. Sementara Al-Quran yang telah ada jauh sebelum masa itu
yaitu pada sekitar abad ke-7 M telah menjabarkannya terlebih dahulu dengan
detail dan masuk akal. Maka jelaslah bahwa Al-Quran itu bukan karangan
seseorang, melainkan benar-benar firman Allah SWT Rabb semesta Alam yang Maha
Pencipta lagi Maha Memelihara.
Dengan mengetahui hal itu, maka sudah sepantasnyalah kita sebagai hamba Allah SWT yang betakwa pada-Nya bersyukur dengan sebaik-baiknya. Allah berfirman dalam surat Yaasiin ayat 71-73 yang artinya,
Dengan mengetahui hal itu, maka sudah sepantasnyalah kita sebagai hamba Allah SWT yang betakwa pada-Nya bersyukur dengan sebaik-baiknya. Allah berfirman dalam surat Yaasiin ayat 71-73 yang artinya,
“Dan
apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakan binatang
ternak untuk mereka yaitu sebahagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan
kekuasaan Kami sendiri, lalu mereka menguasainya? Dan Kami tundukkan
binatang-binatang itu untuk mereka; maka sebahagiannya menjadi tunggangan
mereka dan sebahagiannya mereka makan. Dan mereka memperoleh padanya
manfaat-manfaat dan minuman. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?”
(Yaasiin ayat 71-73)
(Yaasiin ayat 71-73)
Subhanallah,
alangkah beruntungnya kita sebagai manusia. Kita diciptakan dengan bentuk yang
paling baik dan kita diberi keistimewaan yang luar biasa sebagai makhluk yaitu
kita diberi akal dan nafsu. Pada ayat di atas dijelaskan bahwa Allah SWT telah
menyediakan alam sebagai fasilitas yang luar biasa berlimpahnya guna memenuhi
kebutuhan manusia sebagai khalifah di muka bumiNamun seringkali manusia tidak
menyadari rahmat dari Allah tersebut dan seringkali manusia kufur nikmat. Allah
berfirman dalam surat Fushshilat ayat 49 yang artinya,
“Dan apabila Kami memberikan nikmat
kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa
malapetaka, maka ia banyak berdoa.” (Fushshilat ayat 49)
Sungguh Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Semoga kita tidak termasuk hamba Allah seperti yang dijelaskan pada ayat
tersebut. Namun memang seringkali kita melihat sifat manusia yang kufur nikmat
itu. Salah satu hal yang paling jelas terlihat adalah kebiasaan manusia untuk
menguras semua kekayaan alam tanpa memperdulikan kelestariannya. Padahal
sesungguhnya di dalam ajaran islam selalu dijelaskan bagaimana cara memanfaatkan
alam dengan semestinya. Bahkan Allah SWT dalam Al-Quran menyebutkan bahwa
orang-orang merusak lingkungan itu adalah termasuk golongan orang munafik.
”Dan bila dikatakan kepada mereka:”Janganlah kamu
membuat kerusakan di muka bumi.” Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami
orang-orang yang mengadakan perbaikan.” Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah
orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” (Q. S. Al-Baqarah ; 11-12)
Dalam
ayat tersebut tampak bahwa Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan di muka bumi ini. Pada
kenyataannya saat ini manusia sudah tidak lagi memperhatikan keseimbangan alam
dalam pengeksploitasiannya. Saat ini manusia sudah dikuasai nafsu untuk meraup
keuntungan sebanyak-banyaknya sehingga dalam memanfaatkan alam tak lagi
memperdulikan dampak buruk terhadap keimbangan ekosistem alam di bumi ini.
Hutan-hutan yang dulu lebat kini sudah gundul karena pohonnya habis ditebangi
untuk berbagai macam keperluan industri. Ditambah lagi mayoritas kegiatan
penebangan pohon tidak diikuti dengan kegiatan menanam pohon dengan persentase
minimal setara dengan banyak pohon yang ditebang. Hal ini sungguh berakibat
fatal, karena dengan demikian fungsi hutan sebagai penahan air, penyaring udara
dan habitat bagi berbagai macam ekosistem flora dan fauna bisa musnah. Bila hal
itu terjadi, maka jelaslah hanya dampak buruk yang akan kita terima sebagai
konsekuensinya. Contohnya saja banjir bandang, tanah longsor dan yang paling
parah ialah pemanasan global yang sekarang sedang terjadi. Dan ketika musibah
itu terjadi, maka kita secara refleks akan berdo’a kepada Allah dengan hati
yang ikhlas dan semata-mata karena Allah karena berharap kita segera
diselamatkan dari musibah itu. Sungguh sangat sesuai dengan firman Allah SWT
dalam surat Fushshilat tadi
Padahal
hakekatnya manusia ini diciptakan oleh Allah ialah untuk menjadi khalifah di
muka bumi ini. Hal tersebut dijelaskan Allah SWT dalam Al-Quran surat
Al-Baqarah ayat 30 yang artinya,
”
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
(surat
Al-Baqarah ayat 30)
Kita sebagai manusia benar-benar wajib untuk
bersyukur karena kita sebagai manusia yang merupakan makhluk ciptaan Allah sama
seperti tumbuhan, malaikat, hewan ataupun setan namun ternyata kita diberi
suatu tanggung jawab yang istimewa. Apakah itu? Yaitu Allah SWT mempercayakan
bumiNya ini untuk diurus oleh kita manusia. Padahal sebelum Allah memberikan
amanah mulia ini pada manusia, Allah telah terlebih dahulu menawarkannya pada
para malaikat dan malaikat menyatakan tidak sanggup, lalu Allah juga
menawarkannya kepada gunung namun gunung juga menyatakan tidak sanggup, begitu
pula ketika ditawarkan kepada golongan jin serta makhluk ciptaan Allah yang lain,
semuanya menyatakan tidak sanggup. Kemudian Allah mempercayakan amanah yang
sungguh luar biasa berat ini kepada golongan manusia, lalu mengapa kita tidak
bersyukur ?
Maka dari itu mari kita lihat kembali siapa diri
kita sebenarnya. Amanah yang dibebankan oleh Allah di pundak manusia sungguh
sangatlah berat. Apabila kita telah menyadari tanggung jawab itu, maka kita
akan selalu bersyukur dan akan menjalankan fungsi dan tugas kita sebagai
khalifah di muka bumi ini dengan baik. Yaitu kita akan benar-benar menjadi
pemimpin di bumi ini dan menjaga alam ini. Kita tidak akan merusak hutan,
mencemari laut dan tidak akan membuat polusi karena kita sadar bahwa bumi ini
adalah titipan Allah SWT kepada manusia. Kita juga akan menjadikan bumi ini
sebagai ladang amal sebagai bekal menuju kehidupan yang hakiki yaitu kehidupan
akhirat, dengan cara menjaga kelestarian alam ini dan kita akan selalu berusaha
sebisa mungkin agar peringatan Allah pada surat Ar-Ruum ayat 41 yang artinya,
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”, menjadi cambuk
yang keras agar kita selalu istiqomah dalam bertauhid kepada Allah dan menjaga
kelestarian alam ciptaan Allah yang Maha Mulia ini.
Sumber :
3.
dkmfahutan.wordpress.com
dan dari Berbagai Sumber