Minggu, 22 April 2012


Hubungan Antara Manusia, Alam Semesta dan Tuhan

Tiga pihak yaitu, manusia, alam semesta dan Tuhan adalah tiga pihak yang selalu berhubungan secara terus menerus. Aku ini adalah manusia ciptaan Tuhan. Hidup di alam semesta ciptaan Tuhan pula. Dan Tuhan menguasai dan mengetahui apapun atas ciptaanNya. Kehidupan yang kujalani adalah melewati jalan waktu kehidupan dunia untuk menuju Tuhan. Perjalanan ini melalui beberapa pintu. Pintu pertama adalah ketika melewati jalan keluar bayi dari rahim seorang ibu. Semenjak itu maka kita disebut sebagai hidup di dunia. Pintu kedua adalah ketika kita melewati pintu kematian dunia. Pintu liang kubur. Pintu itu akan memberi jalan kepada kita untuk masuk ke alam selanjutnya. Alam kubur (barang kali?). setelah itu aku tak tahu alam apa lagi yang akan aku lewati. Yang pasti suatu saat nanti kita akan dikumpulkan di tanah super lapang. Padang mahsyar adalah sebutan yang biasanya digunakan untuk menjelaskan tanah lapang itu. Setelah itu melewati lagi pintu untuk menuju kehidupan hakiki di neraka atau di sorga.


2.1  Manusia
Manusia adalah tujuan akhir penciptaan Tuhan (saya memaknai Tuhan sebagai energi keberadaan yang abadi dan tak terbatas, Logos). Karena apa? Dalam diri manusialah, Tuhan bisa menyadari diriNya sendiri.Ia bisa bercermin dalam hati manusia. Ia bisa menyaksikan ribuan sifatNya dalam pribadi manusia. Dalam bahasa Kristiani, Tuhan menciptakan manusia sesuai dengan citranya. Jika diijinkan, Tuhan adalah seorang narsis sejati yang sangat mencintai diriNya sendiri, cemburu pada diriNya sendiri sehingga Ia menciptakan imaji tentang keindahan saban malam, merindukan kekasihNya yang bernama manusia yang konsepnya telah ada dalam diriNya. Dan adakah yang lebih serupa ketimbang keserupaan pencinta dan kekasihnya?
Sebelum memulai penciptaan, tujuan akhir telah dibayangkan terlebih dulu olehNya.Ia menciptakan konsep manusia sejati, insan kamil, übermensch. Pada diri manusia yang telah mencapai puncak kesadaran itulah Tuhan mampu melihat wajahNya secara total.Namun sebelum mencapai bentuk fisik, pikiran, dan kesadaran manusia, berturut-turut kehidupan mengalami fase demi fase untuk menyempurnakan evolusinya.Dan itu membutuhkan waktu berjuta-juta tahun, dalam hitungan waktu fisikal pikiran. Dalam proses evolusi ini, ilmu pengetahuan modern telah menjelaskan dengan cukup baik meski masih ada unsur spekulatif di dalamnya. Dan sebelumnya, hukum evolusi ini telah dipahami dengan baik oleh para mistikus zaman dahulu dengan penyaksian langsung, knowledge by presence. Cermatilah kesaksianJalaluddin Rumi setelah menyaksikan proses evolusi spiritualnya dalam alam meditasinya berikut ini:
Dulunya aku adalah mineral, lalu berkembang menjadi tumbuhan.Mati dari mineral aku lalu muncul sebagai binatang.Mati dari binatang aku lalu menjadi manusia. Lalu mengapa mesti  takut kalau kematian akan merendahkanku? Kehidupan berikutnya akan menjadikanku sebagai seorang malaikat. Lalu akan berubah lagi dalam sesuatu yang tak terkatakan. Dan segala sesuatu seakan bersaksi: kepadaNya kita akan kembali.
Dalam kesaksiannya itu, Rumi menuturkan pada kita bahwa dalam tubuh manusia sesungguhnya tersimpan jejak-jejak perjalanan kehidupan dari tingkatan materi rendah, di mana kesadaran Tuhan masih “terlelap” di sana, hingga tingkatan tumbuhan, dan hewan. Ada unsur mineral dan tumbuhan dalam tubuh manusia.Ada tersisa instink-instink hewani dalam karakter manusia.Dan sesungguhnya malaikat adalah manusia yang telah mengalami penyucian jiwa sampai pada taraf tertentu sehingga setelah mati, manusia suci itu masuk ke dalam alam astral, alam cahaya, alam dewa-dewi atau alam malaikat.Bisa pula manusia itu dikatakan masuk ke dalam dimensi shambala atau sorga. Namun malaikat masih belum sepenuhnya melebur dengan Tuhan sehingga ia musti lahir kembali ke dunia satu atau beberapa kali sampai mengalami penyatuan dengan semesta.
Demikianlah makna yang terkandung dari kalimat Innaalillahi wa innaa ilaihi raajiuun (sesungguhnya kita berasal dari Allah dan akan kembali pada Allah). Kalimat itu adalah dalil reinkarnasi dan evolusi yang paling banyak diucapkan oleh orang, namun jarang yang memahaminya secara holistik. Manusia tidak kembali pada sorga atau neraka, namun mereka akan kembali lagi pada dekap hangat Tuhan betapapun lama dan melelahkannya proses itu. Untuk itu, sebelum sampai pada buaian Tuhan, manusia harus mengalami proses evolusi lewat reinkarnasi berulang-ulang sampai jiwanya menyatu dengan semesta, sampai mind yang membuat dia terikat dengan hukum karma terlampaui.
Makhluk hidup yang pertama kali mampu menyadari dirinya dan sesuatu di luar dirinya secara spiritual adalah manusia yang struktur otak dan tubuhnya memungkinkannya untuk berpikir reflektif. Mampu menyadari antara aku, kau, dan dia. Beberapa saintis yang menyatakan, manusia sadar pertama itu adalah homo sapiens. Jika al-Quran menyatakan manusia pertama itu adalah Adam, sudah barang tentu Adam itu adalah homo sapiens seperti yang dimaksudkan oleh ilmuwan. Karena penyebaran hidup ini begitu luas dan beragam di seluruh wilayah bumi, tentunya Adam, homo sapiens itu  tidak hanya satu. Hal itu dibuktikan dengan beberapa penemuan fosil manusia kuno di beberapa belahan dunia termasuk di Indonesia.Jadi, ada Adam di Arab, di Afrika, Cina, Australia, juga tidak ketinggalan di Nusantara.Dan setiap suku bangsa agama dan kepercayaan yang beragam mempunyai konsep sendiri-sendiri dalam bentuk cerita mitis tentang manusia pertama sebagai nenek moyangnya.Sebagai contoh, orang India menyebut nenek moyangnya sebagai Manu.Hal itu juga didukung dengan fakta bahwa warna kulit dan bentuk tubuh manusia di beberapa tempat berbeda-beda. Meskipun, mungkin pertumbuhan kesadaran kemanusiaan di satu tempat lebih tinggi dibandingkan dengan tempat lain, sehingga peradaban di daerah tertentu lebih tua dan menyimpan energi yang lebih besar dibandingkan dengan tempat lain. sebagai contoh adalah peradaban India dan Persia yang sudah sangat lamanya itu. Jadi menurut saya, Adam sebagai nama tokoh historis adalah manusia pertama di dunia Arab yang telah mencapai kesadaran kemanusiaan. Namun, Adam sebagai konsep banyak jumlahnya.
2.2  Kejadian Adam dalam Kitab Suci
Konsep penciptaan Adam dalam al-Quran sebenarnya adalah cerita metaforis bergaya mitis untuk menjelaskan proses kemanusiaan secara universal. Jika cerita itu diterima sebagai fakta apa adanya tentunya akan menimbulkan banyak pertanyaan dan tidak reasonable. Sebenarnya kita semua adalah Adam.Tinggalnya Adam di surga saya maknai sebagai sebuah momen ketika manusia belum mengalami kesadaran diri, belum mengalami alam dualitas yang tercipta oleh mindnya.Ia masih menyatu dengan keberadaan. Ia belum bisa membedakan: baik dan buruk, cantik dan jelek, hitam dan putih. Jadi ia belum sadar. Ia belum bebas. Baik bebas untuk bertindak baik maupun bebas berbuat jahat.Surga adalah kondisi ketika pikiran belum beroperasi dalam diri manusia.Manusia masih lelap dalam kedamaian purbanya. Kondisi adam ketika masih berada di surga saya ibaratkan sebagai seorang anak bayi hingga masa balitanya yang belum mengenal konsep baik dan buruk. Anak kecil yang masih suka berkejar-kejaran di lapangan menikmati jiwanya yang masih belum terkutuk oleh kebebasan ketika ia mengalami masa berpikir.
Buah khuldi, atau dalam Bibel disebut sebagai buah pohon larangan saya maknai sebagai  munculnya kesadaran dalam diri manusia. Ia sudah bisa membedakan realitas karena pikiran beroperasi dalam dirinya. Bisa pula dikatakan Adam tergoda oleh pohon pengetahuan, karena pikiran, atau pengetahuanlah yang membuat orang mulai teralienasi  dari kesatuan. Ia tercampak dari surga kesatuan, surga tauhid. Dalam bahasa Albert Camus, seorang eksistensialis keturunan Aljazair yang hidup di Perancis menyatakan: manusia dikutuk untuk bebas. Namun dengan kebebasan itu pulalah manusia bisa menyusun sejarah dan peradabannya di antara tegangan kebaikan dan kejahatan.
Iblis, ular, atau Hawa yang menggoda Adam saya maknai sebagai ego dalam diri manusia yang tersusun atas materi api. Karena ego, manusia terhempas dalam kehinaan.Namun, karena ego juga, sejarah manusia tercipta.Jadi semuanya ada gunanya.Hawa yang oleh banyak ulama dan teolog diartikan sebagai seorang wanita manja yang menggoda Adam hingga tergoda untuk makan buah laranngan itu, sebenarnya adalah hawa nafsu manusia. Karena dalam ayat lain dalam al-Quran, Tuhan memakai kata Hawa yang bermakna sebagai hawa napsu. Seperti kalimat: Wanahannafsu anil hawa (dan yang mampu menahan dirinya dari hawa napsu). Sangat  tidak adil jika wanita yang dijadikan kambing hitam, sebagai makhluk penggoda yang membangkitkan napsu sang Adam. Adam bisa saja lelaki, bisa wanita atau bahkan bisa pula banci.Bisa heteroseksual, homoseksual atau lesbian. Dalam al-Quran juga disebutkan: Tuhan mengajarkan nama-nama pada Adam. Nama-nama adalah kesadaran manusia untuk mengenali dunia semesta yang beragam sehingga muncullah ilmu pengetahuan yang beragam.
Namun saya tidak menolak konsep Adam sebagai tokoh historis, sebagai “manusia pertama”, homo sapiens pertama di wilayah Arab yang memiliki kesadaran kemanusiaan. Yang darinya kemudian melahirkan banyak keturunan, termasuk bangsa Israel dan 25 nabi bagi bangsa Arab.
2.3  Evolusi Manusia, Evolusi Peradaban
Annie Besant, seorang  Teosof, seperti yang dikutip dalam buku Reincarnation and Islam, karya Nadeer Baig Mezra, berkomentar dalam buku Introduction to Yoga: “Anda adalah pria dan wanita yang teruji, Anda telah menapaki tangga yang begitu panjang, yang memisahkan wujud Ketuhanan dalam dirimu dengan wujudNya dalam tanah liat…. Tuhan yang bermanifestasi masih “terlelap” dalam kehidupan mineral dan bebatuan. Kesadaran Tuhan menjadi lebih berkembang  dalam tumbuhan dan binatang sampai pada tahap akhir sebagai manusia. Tuhan telah mencapai apa yang tampak sebagai pencapaian akhir dalam wujudnya sebagai manusia pertama… tapi setelah berproses sedemikian lama dan tak terkira, akankah Anda tidak berproses lebih baik lagi?”
Pernyataan Besant adalah serupa dengan komentar para mistik di seluruh dunia yang memahami dan menyadari proses evolusi dirinya dalam penyaksian langsung melalui alam meditasi. Bahwa mula-mula Tuhan memanifestasikan diriNya dalam alam mineral berupa air, gas, dan materi-materi etherik.Lalu setelah alam mineral mengalami evolusi selama berjuta-juta tahun, kehidupan Ilahi memanifestasikan diri dalam bentuk tumbuhan, kemudian hewan, kemudian mencapai puncaknya ketika kehidupan dan kesadaran Ilahi memanifesasikan diri sebagai manusia.Meskipun manusia, usianya lebih muda dari ketiga bentuk kehidupan sebelumnya, namun manusialah yang menjadi penguasanya.Itulah makna ayat dalam al-Quran bahwasanya manusia ditahbiskan Tuhan sebagai khalifah, pemimpin, penguasa yang harus melestarikan kehidupan di muka bumi.
Dengan menjadi khalifah, dengan kesadarannya, manusia bisa bermain untuk mengaktualisasikan segala obsesi dan keinginannya untuk merangkai sejarah. Dan semua manusia punya hak yang sama untuk berperan dan menjadi masyhur dalam sandiwara besar yang dirancang sejak zaman asali itu. Tuhan punya kuasa, namun kuasanya itu dititipkan olehNya dalam kesadaran manusia. Permainan manusia itu yang akan menciptakan banyak peradaban, yang timbul tenggelam seperti gelombang pikiran manusia. Namun dalam permainan ini, manusia harus sadar akan jati dirinya yang tak terpisah dengan Tuhan, yang tak terpisah dengan makhluk lain di mayapada ini.
Malaikat yang tinggal di shambala iri kepada manusia dan berhasrat untuk turun ke dunia untuk bermain dalam geliat nafsu, meregang di antara kebaikan dan kejahatan yang menjadi keniscayaan kehidupan.Itulah paradoksnya, manusia berproses untuk mencapai alam malaikat hingga alam Ilahi, namun malaikat sendiri tak sabar menanti gilirannya untuk turun ke dunia yang penuh napsu ini. Seorang manusia yang mengalami pensucian jiwa setelah kematiannya  akan tinggal di alam astral yang penuh kesenangan dan kemabokan untuk beberapa lamanya guna menikmati perbuatan-perbuatannya selama di dunia. Namun mereka tak punya tubuh sebagaimana manusia untuk menyempurnakan evolusinya guna bersatu dengan Tuhan yang tidak tinggal di mana-mana namun meliputi semuanya.Jadi, betapa mahalnya harga sebuah tubuh yang kita gunakan ini hari.Untuk memperoleh tubuh seperti yang saya pakai hari ini, saya butuh waktu berjuta-juta tahun lamanya. Lalu, mengapa kita tidak mempergunakan ini tubuh untuk bermain sebaik-baiknya di dunia sekaligus akan menyempurnakan evolusi kita?
Evolusi manusia  yang bergerak menuju penyempurnaannya tak bisa tidak diikuti dengan evolusi peradaban sebagai sesuatu yang tercipta oleh tangan-tangan manusia. Dan kesadaran Tuhan selalu membimbing perjalanan peradaban ini melalui para nabi, atau avatara, yang menjadi wakilNya di dunia untuk mengarahkan perjalanan sejarah ini agar selaras dengan dharma (kebenaran universal). Para nabi menjaga kitab kehidupan agar tak cedera oleh gairah napsu manusia yang cenderung terpancar keluar, terpisah jauh dari pusat jati dirinya yang hening dan sunyata: Tuhan. Para tokoh inilah yang mengarahkan proses evolusi kehidupan biar bumi selalu layak untuk dihuni oleh sekalian makhluk yang hidup di dalamnya.
Kadang, dalam proses perjalanan dunia, muncul ketidakseimbangan yang terjadi di atas bumi. Seperti contoh, dalam kisah Ramayana, dunia masih banyak dihuni oleh makhluk-makhluk yang evolusi fisik dan kesadarannya masih kasar, makhluk-makhluk yang bisa mengancam keberadaan ras manusia.Makhluk itu dikenal sebagai sebagai kaum raksasa dan wanara.Raksasa  adalah makhluk yang evolusi fisiknya melebihi ukuran manusia, sifat alamnya sangat liar dan berkecenderungan hanibal. Wanara adalah kera yang berada dalam proses perjalanan menuju bentuk dan kesadaran manusia. Kedua makhluk itu sangat rendah kesadarannya, yang pada saat itu jumlah keduanya menyaingi keberadaan ras manusia. Lalu oleh kehidupan, diskenariokanlah sebuah perang yang akan mengurangi jumlah  kedua makhluk itu. Antara Sri Rama dan Hanuman yang berprajuritkan wanara dan Rahwana yang berprajuritkan raksasa.Ras manusia sengaja tidak diikutkan dalam perang besar itu, agar tidak ikut musnah habitatnya.Dan agar jiwa-jiwa para wanara dan raksasa itu dalam kelahiran berikutnya bisa memakai raga manusia.Dan dunia layak dihuni kembali.
Cerita tentang raksasa ini dalam beberapa peradaban bisa ditemui.Seperti cerita raksasa Dewata Cengkar yang berperang dengan Aji saka dalam cerita pembukaan tanah Jawa.Atau raksasa Raja Baka yang berperang melawan Bandung Bondowoso.Dalam al-Quran, ada yang menengarai kaum raksasa ini adalah kaum ‘Ad yang bertubuh besar dan mampu membangun rumahnya pada dinding-dinding gunung, dan bukit sebelum dimusnahkan keberadaanya oleh Allah.Di Bibel pun sempat disebutkan tentang keberadaan makhluk itu.
Dalam kisah Mahabharata, dunia dipenuhi oleh para saintis sakti, yang tergabung dalam polaritas kelompok Pandawa dan Kurawa.Dunia menjadi terancam dengan perlombaan bersenjata. Lalu oleh Sri Krishna, dirancanglah sebuah perang besar antara dua kekuatan besar itu di medan Kuruksetra untuk mengurangi jumlah ksatria yang melebihi batas itu. Dan tak lebih dari dua minggu, perang itu selesai, dan prosers evolusi kehidupan bisa berjalan lagi dengan tenang. Sehingga dunia kembali aman, dihuni oleh orang-orang yang mulai memperhatikan kekayaan batin yang ada dalam dirinya masing-masing.
Demikian pula hikmah yang terkandung dalam kisah Nuh yang membawa serta banyak hewan, masing-masing sepasang dalam bahteranya, sebelum banjir besar menenggelamkan semuanya.Nuh ingin melestarikan makhluk-makhluk lain di muka bumi agar tidak musnah keberadaannya.Agar  wajah dunia tetap indah dengan penghuni yang beraneka. Bisa dikatakan, Nuh adalah seorang ekolog, pencinta alam yang memiliki wawasan tentang proses evolusi.


2.4 Alam Semesta
Alam semesta adalah segala ciptaan Tuhan selain diriku sendiri. Meskipun tidak selalu seperti itu. Terkadang alam semesta ini juga mencakup diriku sendiri. Penyebutan alam semesta ini sengaja kupakai untuk media komunikasiku dengan Tuhan. Jadi, ketika aku meminta sesuatu itu langsung kepada Tuhan dan kemudian Tuhan menjawab melalui alam semesta ini. Oleh karena itu aku dituntut untuk bisa membaca alam semesta ini dengan baik. Dan sejatinya aku berusaha untuk memahami alam semesta ini dengan baik. Karena gaya bahasa Tuhan itu kelewat halusnya kepada kita, manusia ciptaanNya.
Salah satu contoh gaya bahasa Tuhan yang sering sekali dipakai ketika berkomunikasi denganku adalah dengan mengirim seseorang untuk meminta sebagian harta rizki dari Tuhan. Di situ biasanya aku akan diliputi kebimbangan yang sangat. Jika aku memberikan maka aku bisa tidak operasional untuk beberapa minggu ke depan. Itu kekhawatiranku. Ketika aku memastikan bahwa memang ini Tuhan yang suruh, maka aku biasanya segera memenuhi permintaan Tuhan yang melalui manusia itu. Dan selang tak begitu lama, Tuhan menggantikan apa yang telah aku berikan kepada manusia itu dengan ganti yang lebih banyak dan lebih baik. Aku berkeyakinan, jika kita diminta harta kita dengan sukarela oleh Tuhan tetapi kita ndableg (keras kepala)bersikukuh tidak mau memberikan, maka Tuhan mempunyai cara lain untuk memintanya. Yaitu dengan cara paksa. Manusia diberi penyakit gatal. Ada juga yang diberikan penyakit stroke. Penyakit jantung. Penyakit diabetes. Penyakit kolesterol tinggi. Tekanan darah tinggi. Yang pada intinya memaksa kita untuk mengeluarkan sebagian harta yang telah diberikan Tuhan. Pokoknya dipaksa untuk mengeluarkan harta. Nah, daripada dipaksa begitu bukankah lebih baik kalau kita serahkan dengan cara sukarela dan terhormat di mata manusia dan Tuhan pastinya.
Jadi, ternyata Tuhan itu selalu menjawab setiap doa dan permohonan kita melalui alam semesta ini. Hanya saja aku berpesan kepada anda yang membaca tulisan ini, janganlah anda berdoa meminta kesabaran. Karena doa minta kesabaran itu artinya Tuhan akan segera kirim cobaan hidup yang sangat berat. Selanjutnya kita harus selalu bersabar atas cobaan itu. Nah, ketika kesabaran itu muncul dalam diri kita, berarti Tuhan telah mengabulkan doa kita yang selalu mohon kesabaran. Jikalau ingin berdoa dan berdialog dengan Tuhan maka sebaiknya katakan dengan jelas dan detail apa kemauan dan keinginan kita. Kita perlu uang, maka mintalah uang. Kita perlu sehat, maka mintalah sehat. Kita perlu cerdas, maka mintalah kecerdasan. Itu saja. Tak usah berbelitbelit. Lhah Tuhan itu sebenarnya sudah tahu kita mau ngomong apa. Tuhan juga tahu segala apa yang ada di hati, fikiran dan lisan kita. Maha Suci Allah.
Ketika Tuhan berkehendak Kun! (jadilah!) maka  kehendaknya itu fayakun.. yang artinya tengah berproses dan akan teraktualisaisi sesuai dengan rencana keabadian (plan of logos) yang terkandung dalam kehendak itu sendiri. Dan hal itu membutuhkan waktu yang sangat panjang dan mengasyikkan.
2.5  Tuhan
Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan yang pantas disembah karena Allah ialah Rabb semesta alam. Ialah zat yang Maha Kuasa atas segala sesuatu yang ada di seluruh jagat ini. Allahlah yang Maha Pencipta yang telah menciptakan alam dan seisinya termasuk kita manusia.
1. Allah SWT telah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 29 yang berarti, “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” Dalam ayat tersebut jelaslah bahwa Allah yang telah menciptakan bumi dan juga ketujuh langit di alam ini. Begitu juga dengan manusia sebagai ciptaan Allah.
2. Bahkan dalam surat Al-Mukminun ayat 12-14 dengan jelas Allah SWT menjabarkan bagaimana Ia menciptakan manusia. “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.”
Dalam ayat tersebut dengan jelas Allah SWT menjabarkan proses penciptaan manusia. Padahal para ilmuwan biologi kafir baru mengetahui proses pembentukan manusia itu pada abad ke-15 M. Sementara Al-Quran yang telah ada jauh sebelum masa itu yaitu pada sekitar abad ke-7 M telah menjabarkannya terlebih dahulu dengan detail dan masuk akal. Maka jelaslah bahwa Al-Quran itu bukan karangan seseorang, melainkan benar-benar firman Allah SWT Rabb semesta Alam yang Maha Pencipta lagi Maha Memelihara.
Dengan mengetahui hal itu, maka sudah sepantasnyalah kita sebagai hamba Allah SWT yang betakwa pada-Nya bersyukur dengan sebaik-baiknya. Allah berfirman dalam surat Yaasiin ayat 71-73 yang artinya,
“Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakan binatang ternak untuk mereka yaitu sebahagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami sendiri, lalu mereka menguasainya? Dan Kami tundukkan binatang-binatang itu untuk mereka; maka sebahagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebahagiannya mereka makan. Dan mereka memperoleh padanya manfaat-manfaat dan minuman. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?”
(Yaasiin ayat 71-73)
Subhanallah, alangkah beruntungnya kita sebagai manusia. Kita diciptakan dengan bentuk yang paling baik dan kita diberi keistimewaan yang luar biasa sebagai makhluk yaitu kita diberi akal dan nafsu. Pada ayat di atas dijelaskan bahwa Allah SWT telah menyediakan alam sebagai fasilitas yang luar biasa berlimpahnya guna memenuhi kebutuhan manusia sebagai khalifah di muka bumiNamun seringkali manusia tidak menyadari rahmat dari Allah tersebut dan seringkali manusia kufur nikmat. Allah berfirman dalam surat Fushshilat ayat 49 yang artinya,
“Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka, maka ia banyak berdoa.” (Fushshilat ayat 49)
Sungguh Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Semoga kita tidak termasuk hamba Allah seperti yang dijelaskan pada ayat tersebut. Namun memang seringkali kita melihat sifat manusia yang kufur nikmat itu. Salah satu hal yang paling jelas terlihat adalah kebiasaan manusia untuk menguras semua kekayaan alam tanpa memperdulikan kelestariannya. Padahal sesungguhnya di dalam ajaran islam selalu dijelaskan bagaimana cara memanfaatkan alam dengan semestinya. Bahkan Allah SWT dalam Al-Quran menyebutkan bahwa orang-orang merusak lingkungan itu adalah termasuk golongan orang munafik.
”Dan bila dikatakan kepada mereka:”Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi.” Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” (Q. S. Al-Baqarah ; 11-12)
Dalam ayat tersebut tampak bahwa Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi ini. Pada kenyataannya saat ini manusia sudah tidak lagi memperhatikan keseimbangan alam dalam pengeksploitasiannya. Saat ini manusia sudah dikuasai nafsu untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya sehingga dalam memanfaatkan alam tak lagi memperdulikan dampak buruk terhadap keimbangan ekosistem alam di bumi ini. Hutan-hutan yang dulu lebat kini sudah gundul karena pohonnya habis ditebangi untuk berbagai macam keperluan industri. Ditambah lagi mayoritas kegiatan penebangan pohon tidak diikuti dengan kegiatan menanam pohon dengan persentase minimal setara dengan banyak pohon yang ditebang. Hal ini sungguh berakibat fatal, karena dengan demikian fungsi hutan sebagai penahan air, penyaring udara dan habitat bagi berbagai macam ekosistem flora dan fauna bisa musnah. Bila hal itu terjadi, maka jelaslah hanya dampak buruk yang akan kita terima sebagai konsekuensinya. Contohnya saja banjir bandang, tanah longsor dan yang paling parah ialah pemanasan global yang sekarang sedang terjadi. Dan ketika musibah itu terjadi, maka kita secara refleks akan berdo’a kepada Allah dengan hati yang ikhlas dan semata-mata karena Allah karena berharap kita segera diselamatkan dari musibah itu. Sungguh sangat sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Fushshilat tadi
Padahal hakekatnya manusia ini diciptakan oleh Allah ialah untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Hal tersebut dijelaskan Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 30 yang artinya,
” Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
(surat Al-Baqarah ayat 30)

Kita sebagai manusia benar-benar wajib untuk bersyukur karena kita sebagai manusia yang merupakan makhluk ciptaan Allah sama seperti tumbuhan, malaikat, hewan ataupun setan namun ternyata kita diberi suatu tanggung jawab yang istimewa. Apakah itu? Yaitu Allah SWT mempercayakan bumiNya ini untuk diurus oleh kita manusia. Padahal sebelum Allah memberikan amanah mulia ini pada manusia, Allah telah terlebih dahulu menawarkannya pada para malaikat dan malaikat menyatakan tidak sanggup, lalu Allah juga menawarkannya kepada gunung namun gunung juga menyatakan tidak sanggup, begitu pula ketika ditawarkan kepada golongan jin serta makhluk ciptaan Allah yang lain, semuanya menyatakan tidak sanggup. Kemudian Allah mempercayakan amanah yang sungguh luar biasa berat ini kepada golongan manusia, lalu mengapa kita tidak bersyukur ?
Maka dari itu mari kita lihat kembali siapa diri kita sebenarnya. Amanah yang dibebankan oleh Allah di pundak manusia sungguh sangatlah berat. Apabila kita telah menyadari tanggung jawab itu, maka kita akan selalu bersyukur dan akan menjalankan fungsi dan tugas kita sebagai khalifah di muka bumi ini dengan baik. Yaitu kita akan benar-benar menjadi pemimpin di bumi ini dan menjaga alam ini. Kita tidak akan merusak hutan, mencemari laut dan tidak akan membuat polusi karena kita sadar bahwa bumi ini adalah titipan Allah SWT kepada manusia. Kita juga akan menjadikan bumi ini sebagai ladang amal sebagai bekal menuju kehidupan yang hakiki yaitu kehidupan akhirat, dengan cara menjaga kelestarian alam ini dan kita akan selalu berusaha sebisa mungkin agar peringatan Allah pada surat Ar-Ruum ayat 41 yang artinya, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”, menjadi cambuk yang keras agar kita selalu istiqomah dalam bertauhid kepada Allah dan menjaga kelestarian alam ciptaan Allah yang Maha Mulia ini.








 Sumber :
2.      www.wikipedia.com
3.      dkmfahutan.wordpress.com dan dari Berbagai Sumber


Tidak ada komentar:

Posting Komentar